Tahun 1970 Eros bertolak ke Jerman Barat menimba ilmu di Sekolah Tinggi Teknik Koln Jerman.Semasa di Jerman Eros Djarot tergabung dalam band Uwes Gang dan Ruky Raya serta membentuk band dengan nama Kopfjaeger yang kemudian karena alasan nasionalisme band ini lalu berganti nama menjadi Barong’s Band di tahun 1974.
Di tahun 1975 Eros kembali ke Jakarta bersama Barong’s Band yang kemudian merilis 2 album sekaligus di tahun 1976 Barong’s Band dan Kawin Lari. Saat itu Eros Djarot dekat dengan dunia perfilman Indonesia. Adik kandung aktor Slamet Rahardjo ini kemudian diminta oleh sutradara kenamaan Teguh Karya membuat music score beberapa filmnya seperti Kawin Lari, Perkawinan Dalam Semusim hingga Badai Pasti Berlalu yang kelak menjadi salah satu mahakarya Eros Djarot dalam ranah musik.
Seusai meraih piala Citra untuk penata musik terbaik film Badai Pasti Berlalu dalam Festival Film Indonesia di Ujung Pandang, Eros Djarot lalu mengambil beasiswa untuk bidang sinematografi di London,Inggris. Tahun 1983 Eros Djarot kembali ke Indonesia dan kembali bekerja sama dengan Chrisye dan Yockie dalam 3 album Chrisye Resesi, Metropolita dan Nona.
Peraih "Bronze Medal" dalam "Photo International Competition Nikkon 1978" ini kemudian tergerak untuk merilis album solo. Dengan didukung pemusik seperti Dameria Hutabarat, Debby Nasution dan Yockie Surjoprajogo, Eros Djarot merilis debut album solonya bertajuk Kembaliklan Masa Depanku (1983). Album ini didominasi dengan lirik bernuansa kritik sosial. Di tahun 1985 Eros Djarot lalu merilis album solo keduanya Manusia-Manusia yang juga masih dipenuhi lirik lirik bernada kritik sosial.
Setelah itu kegiatan musiknya hampir tak terdengar lagi. Eros kemudian menyutradarai film Tjoet Nja Dhien yang dibintangi Christine Hakim pada tahun 1988. Sosok Erros kini lebih lekat dengan konstelasi politik dari pada musik.
http://www.rollingstone.co.id/artist
Tidak ada komentar:
Posting Komentar