Gombloh

Bookmark and Share
Gombloh lahir 14 Juli 1948 dengan nama Soedjarwoto Soemarsono, adalah salah satu ikon musik pop Indonesia yang mampu bermain dalam ranah idealis sekaligus mendulang sukses di ranah komersial. Setidaknya itulah yang terlihat ketika lagunya seperti Kebyar Kebyar dan Kugadaikan Cintaku berhasil menyita perhatian penggemar musik. Gombloh memang seolah trubadur komplit, yang tak hanya memuja-muji tanah kelahiran, tak hanya menafsirkan pesan-pesan alam tapi juga memotret fenomena sosial kalangan working class bahkan mengedepankan kritik sosial yang tajam pula. Betapa fasihnya Gombloh menuturkan sketsa kehidupan rakyat jelata sehari-hari memang terlihat dari deretan kata-kata yang dirangkainya dalam lagu-lagu ciptaannya seperti Doa Seorang Pelacur Kilang-Kilang Poligami Poligami Nyanyi Anak Seorang Pencuri Selamat Pagi Kotaku Bahkan Martin Hatch seorang peneliti dari Cornell University mempelajari lagu - lagu dalam album Gombloh Berita Cuaca (1982) dan mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah bertajuk Social Criticsm In The Songs Of 1980's Indonesian Pop Country Singers dan dipresentasikan dalam seminar musik The Society of Ethnomusicology yang berlangsung di Toronto Kanada pada 2 - 5 November 2000 silam. Dalam makalahnya Martin Hatch meneliti kekuatan dan nilai lagu-lagu karya Gombloh dalam perspektif kehidupan sosial seperti Berita Cuaca Hong Wilaheng Sekareng Bawono Langgeng Denok-Denok Debleng Ujung Kulon Baloran 3600 Detik Kebayan-Kebayan Hitam Putih dan Kami dan Alam Memasuki era 80-an, Gombloh mulai menulis lagu-lagu bercorak humor seperti lagu Lepen (singkatan Lelucon Pendek) maupun Selopen (singkatan Seloroh Pendek) yang menghasilkan sebuah idiom yang begitu lekat di khalayak ramai: Kalau cinta melekat, tai kucing rasa coklat. Disisi lain, Gombloh yang tercerabut dari budaya pop justru tak bergeming ketika harus menghasilkan lagu seperti Kugadaikan Cintaku yang berhasil terjual diatas jumlah 1 juta keeping. Di era inilah Gombloh seolah terjerembab pada karya-karya yang berorientasi ke pasar. Lalu bermunculanlah lagu-lagu seperti Apel , Hey Kamu Percayalah Cintaku Tetap Hangat Karena Iseng Arjuna Cari Cinta Konsumsi Cinta  hingga Tari Kejang . Gombloh pun mulai menulis lagu-lagu bertema pop untuk penyanyi Tyas Drastiana hingga Vicky Vendi. Menyatunya Gombloh dengan tema populis membuat sosoknya kian dikenal luas. Kini siapa yang tak mengenal Gombloh ketika tampil di layar TVRI pada acara-acara musik seperti Aneka Ria Safari dan Selekta Pop dengan dandanan yang menjadi trademark: tubuh kerempeng bersepatu kets, pakai topi, rambut dikuncir, kacamata hitam dan setelan putih-putih. Gombloh yang menghembuskan nafas terakhir pada 9 Januari 1988, tak lagi hanya didengar oleh kelompok tertentu saja. Ia telah menjadi milik siapa saja.



Baca juga yang lain :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar